Thursday, June 4, 2020

NEW NORMAL - MEMANUSIAKAN MANUSIA



Humanisme?
Duduk termenung di tepi ranjang. Kekasih ku datang. 'Sayang, apakah kemanusiaan itu?'. Aku hanya menghela napas, sambil nyebul kebul udud dari mulut. Belum sempat ku jawab kekasih ku sudah ambil suara.
'Sayang, kemanusiaan itu, katanya, memanusiakan manusia. Tapi kok gak ada manusia yang seperti itu. Apakah sulit melakukannya. Kan ya sama sama bangsanya sendiri, kok yo podo padu, kok yo ada yang saling menjatuhkan. Bahkan itu, sampean dengar nggak sayang, itu lo, korban meninggal corona, kok mayatnya ditolak masyarakat, lah opo yo nggak mikir mereka itu. Kan yang mati juga sebangsanya. Masih tetangganya, kok tega. Dasar manusia.' Kekasihku terdiam, aku mencoba menenangkan, 'Uwes to dek, yo namanya saja memanusiakan manusia, yang bisa melakukan yo bukan manusia, hewan yang bisa menganggap lek itu manusia.'
'Hooh yang, malah manusia dewe menganggap temannya sebagai hewan.'
'Yo wes, ora usah dipikir. Sekarang itu yang mati adalah rasa empati, simpati ne manusia. Kemanusiaan akan terwujud apabila manusia itu menyadari dirinya itu manusia. Kalau sudah sadar dirinya manusia maka akan menganggap yang lain itu manusia. Lah yang sulit kan itu, tapi bukan hal yang mustahil. Wes to dek yakin wae kalo masih banyak manusia yang memiliki jiwa kemanusiaan.'
'Hooh yang, wes lah biarkan, kita kan bukan manusia. Hahahahaha.' Kekasihku tertawa. Manis sekali tawanya. 'Udah sini cium dulu.' Ku cium keningnya dan musim semi pun berlanjut.

"Semua berasal dari diri kita, bagaimana pandangan kita terhadap semua ini jika terjari pada diri kita sendiri. Dengan awal yang seperti ini lah akan muncul rasa simpati, empati, kemudian tolong menolong. Solidaritas kemanusiaan akan terjunjung tinggi"

Top 5 Popular of The Week