Sunday, November 27, 2022

CIRI-CIRI KEMATANGAN SPIRITUAL

CIRI - CIRI ORANG MEMILIKI KEMATANGAN SPIRITUAL

Oleh : Dr. Fahruddin Faiz

Kematangan Spiritual lebih mengarah pada kematangan batin.

Orang yang memiliki Kematangan Spiritual akan cenderung melihat pada diri sendiri, dibanding orang lain. Orang dengan Kematangan Spiritual akan cenderung menjadi Problem Solver bukan Problem Maker. Kematangan Spiritual menurut Dr Fahruddin Faiz, dosen ilmu filsafat di UIN Sunan Kalijaga antara lain sebagai berikut ;




1. Orang yang memiliki Kematangan Spiritual akan sibuk fokus pada diri sendiri agar menjadi orang yang baik, dan tidak ingin menyalahkan orang lain. Dia akan lebih ingin introspeksidiri dan memperbaiki diri sendiri dibanding melempar kesalahan kepada orang lain.

2. Fokus untuk lebih bermanfaat bagi orang lain. Bukan meminta balasan dari orang lain atas apa yang telah ia lakukan. Hal tersebut dapat mengurangi efek kecewa, apabila tidak mendapatkan seperti yang diharapkan.

3. Orang dengan Kematangan Spiritual akan memahami bahwa apa yang ditanam, itu yang akan dia tuai. Apa yang dikerjakan, itulah yang akan dia peroleh.

4. Orang dengan Kematangan Spiritual tidak akan sibuk memperlihatkan kebaikannya. Tidak akan sibuk memamerkan seberapa baik dirinya, terhadap orang lain. Sekaligus tidak akan sibuk mengharap pujian dari orang lain.

5. Orang dengan Kematangan Spiritual yang tinggi, tidak akan membandingkan dirinya dengan orang lain, begitupula sebaliknya.

6. Orang dengan Kematangan Spiritual mampu mengetahui perbedaan antara memenuhi kebutuhan dan mengontrol keinginan.

7. Ciri orang dengan Kematangan Spiritual yang terakhir adalah tidak akan menggantungkan kebahagiaannya pada hal-hal yang bersifat material.

Friday, November 25, 2022

ANAK ADOPSI BERNAMA INDONESIA - BANGSA YATIM PIATU (HAL-4)

Andai Kalian Tahu


Kegagalan simultan, sistemik, dan struktural mem-Pancasila-kan Indonesia itu hari ini menghasilkan keyatim-piatuan, ketiadaan Ibu dan Bapak, anak-anak menjadi liar oleh ketidakseimbangan berpikir untuk meng-NKRI-kan dirinya dan tindakan-tindakannya. Kita dikepung oleh fenomena Habil Qabil, terkikisnya martabat kebangsaan dan kemanusiaan, terampoknya harta benda Tanah Air.



Untuk jangka pendek ke depan, secara pribadi saya mohon izin untuk mengemukakan kalimat sehari-hari. Bahwa kalau engkau bermasalah terhadap Tuhan, kalau Tuhan tidak kau perlakukan sebagai Subjek Utama sejarah hidupmu, maka syukur Tuhan masih bisa menunda bencana. Tapi kalau NKRI bukan konsiderasi primer langkah-langkahmu, maka tidak ada yang bisa menghindari bencana. Engkau yang kuat, yang terbaik bagimu bukan meng-kuat-i saudara-saudaramu sendiri. Kalau engkau berkuasa, jangan pikir yang selamat adalah meng-kuasa-i sesamamu.




Engkau bisa mudah menguasai Pengurus NKRI, engkau bisa membeli lembaga-lembaga, menaklukkan Ormas-ormas. Tapi Pemerintah Indonesia berbeda dengan Bangsa Indonesia, Bangsa Indonesia berbeda dengan Rakyat Indonesia, Rakyat Indonesia berbeda dengan hamba-hamba Tuhan di tanah air Indonesia. NU berbeda dengan Nahdliyin, Muhammadiyah berbeda dengan Muhammadiyin. Ormas-ormas Islam berbeda dengan Ummat Islam. Dan Ummat Islam berbeda dengan Islam.


Ada yang bisa kau kalahkan, kau taklukkan, kau rampok, kau tindas dan perhinakan. Tapi ada yang tidak. Dan yang tidak bisa kau taklukkan itu adalah dimensi dan energi yang juga ada di semesta dan tanah yang disebut Indonesia. Ada yang sama sekali tak kita ketahui tentang besok pagi.

ANAK ADOPSI BERNAMA INDONESIA - BANGSA YATIM PIATU (HAL-3)

SAMBUNGAN... (HAL-2)

Kawula Gusti.


Posisi manusia itu “ngawula” atau menghamba. Maka Sila-1 adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Janji nasional untuk menghamba ke Tuhan. Dalam peradaban Kerajaan, Raja diverifikasi, dikwalifikasi kemudian dipercaya sebagai representasi dari Tuhan. Maka kawula, rakyat, menghamba kepada Raja, sebagai jalan menghamba kepada Tuhan.




Rakyat bisa salah identifikasi, sejarah berisi Firaun sangat banyak. Tetapi tidak bisa lenyap naluri menghamba pada manusia. Ketika masuk era modern kita bilang “mengabdi kepada Negara, Bangsa dan Agama”. Tiga level itu adalah eskalasi menuju penghambaan kepada Tuhan. Rakyat kecil, kaum terpelajar, semua orang-orang hebat, berlomba-lomba menghamba kepada Tuhan melalui jabatan Staf Khusus atau Staf Ahli Presiden atau Menteri, jadi Komisaris BUMN, atau minimal dapat dana untuk proyek penghambaan kepada Tuhan.


NKRI adalah Negara dengan sejumlah fakta kejiwaan dan perilaku Kerajaan. PDIP tetap disinggasanai dan diotoritasi langkah-langkahnya oleh Ratu Mega putri Raja Besar Bung Karno, berikut akan ke cucu beliau. Demokrat akan mencagubkan atau tidak keputusannya di tangan Raja SBY. Demikian juga tipologi perilaku pada Kerajaan-kerajaan lainnya, termasuk mobilisasi dan pencitraan yang berpangkal pada identifikasi “Satria Piningit”, atau juga rintisan Kerajaan Hary Tanoe.


Bangsa Indonesia adalah hamba-hamba Allah yang setia. Bahwa wasilahnya, proses identifikasi dan kualifikasinya untuk menentukan mengabdi kepada Tuhan melalui Raja atau Presiden siapa — bisa keliru, itu persoalan lain. Dan ini bukanlah soal salah atau benar, bukan perkara baik atau buruk. Tetapi jelas ada yang perlu dihitung kembali, dipikirkan ulang, hal-hal yang menyangkut formula pengelolaan kesejahteraan rohani jasmani Bangsa Indonesia.


Kita membutuhkan keselamatan masa depan dengan mempertanyakan kembali “cara pandang, sisi pandang, sudut pandang, jarak pandang dan resolusi pandang, bahkan kearifan pandang”:  terhadap NKRI dengan seluruh perangkat hardware maupun software-nya. Bhinneka harus kita tunggalika-kan, bukan memelihara dan memperuncing permusuhan di antara Bhinneka.


Enam ragam pandang di atas berada dalam spektrum sebab pandang dan akibat pandang. Pemerintah merasa traumatik terhadap Islam adalah akibat yang ada sebabnya, terutama dari dunia global. Sikap keras 212 adalah akibat dari sebabnya. HRS, misalnya, bukan Iblis, Jkw atau TK, pun bukan Tuhan. Masing-masing manusia. Semua warga Bhinneka tidak bisa menunda iktikad baik dan kebijaksanaan untuk saling mempelajari sebab akibat dari seluruh yang dialaminya. Tidak bisa masing-masing egois merasa “kamilah Bhinneka Tunggal Ika, yang itu Kaum Intoleran”.


Sila-5 belum kunjung tercapai, ada sebabnya, dan harus dicari di Sila-4: Pemerintahan dan Perwakilan yang kehilangan aspirasi dan rumusan Permusyawaratan. Mesin Sila-4 tidak memproduksi Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Ini mungkin juga akibat dari Sila-3 yang “bikin mesin pemerintahan” Sila-4. Parpol-parpol, Ormas-ormas dan ketokohan-ketokohan nasional mungkin tidak berdiri, berpikir, bersikap dan bertindak NKRI, melainkan menitik-beratkan pada kepentingan diri dan golongannya masing-masing.


Jangan-jangan ini akibar dari sebab yang terletak pada Sila-2: pendidikan pemberadaban manusia Indonesia. Ada tumpukan masalah dan pertanyaan yang sangat serius terhadap dunia kependidikan nasional. Mungkin salah pijakan, salah niat, misalnya bahwa dunia kependidikan bukanlah urusan profesi di mana pelaku-pelakunya mencari nafkah penghidupan. Sebagaimana Pegawai bukanlah profesi, karena nafkahnya dijamin oleh Negara. Sekolah bukan perniagaan, Universitas bukan perusahaan. Sebagaimana juga perlu diarifi kembali bahwa kapitalisme jangan sampai menjadi titik berat pelaksanaan wilayah Pendidikan, Kebudayaan, Kesehatan dan Agama.


Kalau Sila-5 tak tercapai karena kegagalan Sila-4, Sila-4 tidak produktif karena salah pilih oleh Sila-3, kalau Sila-3 bukan Persatuan Indonesia melainkan sumber perpecahan karena disorientasi Sila-2 – mungkin sekali sebab mendasarnya adalah karena seluruh petugas sejarah Bangsa Indonesia ini memang tidak serius dengan Sila-1. Mungkin benar parodi “Keuangan Yang Maha Esa”. Mungkin tak terhitung jumlah penistaan kita semua terhadap Pancasila, Agama dan Tuhan.


BERSAMBUNG.... (HAL-4)

ANAK ADOPSI BERNAMA INDONESIA - BANGSA YATIM PIATU (HAL-2)

 SAMBUNGAN (HAL-1)....

ANAK ADOPSI BERNAMA INDONESIA - BANGSA YATIM PIATU (HAL-2)


Indonesia (Kehilangan) Pusaka

Kedua, di antara Bapak Ibu bangsa Indonesia yang Jawa memberi pesan tentang “Sandang Pangan Papan”, “Keris Pedang Cangkul”, “Gundul Pacul”, “Kawula Gusti”, dlsb. Pasti banyak sekali juga pesan-pesan dari nenek moyang Yang Sunda, Yang Minang, Yang Bugis, Yang Batak, Yang Sasak, Yang Madura dan ratusan lainnya yang setelah merdeka semua itu kita sekunderkan, atau bahkan kita remehkan dan kita lupakan. Itu menyebabkan sekarang kita tidak lagi punya “pusaka”, dalam dimensi kejiwaan bangsa maupun dalam penerapan tata sistem, konstitusi dan hukum pengelolaan kebersamaannya.


Sandang Pangan Papan tidak bisa dibalik. Lebih baik tidak makan asal tetap berpakaian. Bukan program makan melimpah dan tak apa telanjang karena pakaiannya dijual, karena martabat dan harga diri digadaikan. Manusia dipinjami hak milik oleh Tuhan: nyawa, martabat dan harta benda. Negara dan Pemerintah bertugas menjaga nyawa, martabat dan harta benda rakyatnya. Orang korupsi tidak terutama kita sesali hilang hartanya, tetapi kita prihatini kehancuran martabat hidup koruptornya. Demikian juga setiap langkah Negara dan Pemerintah: skala prioritasnya adalah nyawa, kemudianmartabat, lantas harta benda.




Keris, Pedang, Cangkul sangat jelas. Rakyat pegang cangkul mencari penghidupan. Pemerintah pegang pedang untuk menjaga keamanan sawah yang dicangkul oleh rakyat. Pejabat tidak boleh menggunakan pedang untuk mencangkul. Pejabat dan pegawai bukan profesi, bukan alat mencari nafkah, sebab penghidupan mereka dijamin oleh Negara. Sementara Negara adalah keris, adalah Pusaka, ia perbawa, aura, hati nurani, ia “kasepuhan”, ia seperti Bapak Sepuh yang kita cium tangan dan lututnya. Karena beliau sudah merdeka dari nafsu terhadap harta benda dan keduniaan. Itu yang bangsa Indonesia sekarang tidak punya dan tidak sadar untuk merasa perlu punya.


Gundul Pacul, anak-anak hapal sampai sekarang. Pemerintah bertugas “nyunggi wakul”, memanggul bakul kesejahteraan rakyat, isinya harus disampaikan ke rakyat. Jangan sambil jelan ke rumah rakyat diambili sendiri isi bakul itu. Apalagi sampai menjual bakul-bakul ke tetangga. Negara mengontrol dan siap menghukum mereka. Tapi Bangsa Indonesia sedang tidak punya Negara kecuali hanya namanya, yang berdiri di depan hanya Pemerintah.


Itupun tidak terdapat tanda bahwa prinsip Ki Hadjar Dewantara, pahlawanan nasional dan Bapak Pendidikan Nasional, dilaksanakan. Kita semakin tidak belajar kepada beliau. Karir adalah “ing ngarsa sung tulada”, berdiri paling depan untuk member teladan. Kemudian meningkat “ing madya mangun karsa”, menyatu dengan rakyat saling dukung mendukung dan menyebar motivasi. Puncak karier adalah “tut wuri handayani”. Orang besar bangsa Indonesia adalah yang berani dan ikhlas berada di barisan paling belakang, m
endorong rakyat untuk terus maju dan berjuang.


BERSAMBUNG.... (HALAMAN-3)

ANAK ADOPSI BERNAMA INDONESIA - BANGSA YATIM PIATU

ANAK ADOPSI BERNAMA INDONESIA - BANGSA YATIM PIATU


Bangsa Indonesia adalah anak yatim piatu. Tidak punya Bapak yang disegani dan tidak ada Ibu yang dicintai. Saya coba menjelaskan hal ini melalui dua terminologi. 

Pertama, ketika lahir, NKRI memang lebih berpikir “membikin sesuatu yang baru” dan kurang berpikir “meneruskan yang sudah ada sebelumnya”. Kita memilih “Sejarah Adopsi” dan tidak merasa perlu menekuni “Sejarah Kontinuasi”. Kita dirikan “Negara” dan “Republik” dengan mengadopsi prinsip, tata kelola, sistem nilai, hingga birokrasi dan hukum.




Kita meneruskan “mesin Belanda” (meskipun dengan memastikan pengambilalihan kepemilikan). Kita tidak mengkreatifi kemungkinan formula yang otentik hasil karya kita sendiri yang merupakan kontinuitas-kreatif dari apa yang sudah dilakukan oleh nenek moyang kita. Sejak merdeka kita memang seolah-olah “sengaja” meninggalkan orangtua kita sendiri. Padahal Belanda sendiri, juga banyak Negara-negara Eropa lain, tetap berpijak pada Kerajaan “orang tua” mereka. Fakta yang itu justru tidak kita adopsi.


Juga tidak belajar kepada Majapahit, umpamanya. Kencanawungu atau kemudian Hayam Wuruk adalah Kepala Negara, Gajah Mada adalah Perdana Menteri. Kepala Negara bikin kebijakan dan sistem kontrol, Perdana Menteri berposisi eksekutif dalam kontrol Negara. Hari ini Kepala Pemerintahan kita adalah juga Kepala Negara. MK, KY, KPK, dll adalah lembaga Negara, tapi faktanya mereka berlaku sebagai lembaga Pemerintah, karena Bangsa Indonesia tidak merasa perlu membedakan antara Negara dengan Pemerintah.


Negara adalah Bapak, Tanah Air adalah Ibu (Pertiwi). Negara adalah Keluarga, Pemerintah adalah Rumah Tangga. Manajemen Rumah Tangga adalah bagian dari manajemen Keluarga. PNS yang diganti namanya menjadi ASN, tidak beralih kesadaran bahwa mereka adalah abdi Negara, yang patuh kepada Undang-Undang Negara. Bukan abdi Pemerintah, yang taat kepada atasan. Kalau anak merasa ia adalah Bapak yang memiliki dan menguasai Ibu, maka sangat banyak pertanyaan yang mencemaskan atas NKRI hari ini dan di masa depan.


Sekarang anak-anak sedang nikmat bertengkar, tidak ada Bapak yang mereka segani, tidak ada Ibu yang mereka cintai. Keluarga kita menjadi sangat rapuh, dan para tetangga mengincar kita, menginflitrasi kita, menusuk masuk ke tanah dan jiwa kita, menggerogoti hak milik kita untuk dijadikan milik mereka.


Anak-anak gugup siang malam, tidak punya waktu yang tenang untuk merumuskan ketepatan pemahaman tentang nasionalisme NKRI, tentang SARA, tentang apa itu Agama sebenarnya. Justru semua itu dijadikan bahan pertengkaran tanpa henti-hentinya. Anak-anak saling men-Qabil dengan merasa Habil. Bangsa Indonesia yatim piatu tiada tara.


BERSAMBUNG... (HAL-2)



Tuesday, November 22, 2022

KEUTAMAAN ISTIQOMAH

KEUTAMAAN ISTIQOMAH


Islam memandang penting sikap istiqamah setelah seseorang meyakini kebenaran akidah. Allah SWT memerintahkan baginda Rasulullah SAW untuk bersikap istiqamah melalui firman-Nya,  "Maka istiqamahlah engkau (Muhammad) di jalan yang benar..." (QS. Huud: 112).

Sikap istiqamah juga dipegang teguh oleh para sahabat dalam mempertahankan keimanan mereka, betapa pun ejekan, intimidasi dan penyiksaan terus menimpa. Lihatlah penyiksaan yang dialami oleh Bilal bin Rabah, namun semua bentuk intimidasi dan penyiksaan tersebut sama sekali tidak menggoyahkan keimanannya.

 


Kita (kaum muslimin) juga diperintahkan oleh Allah SWT untuk beristiqamah dalam memegang teguh dan menjalankan agama ini dengan disertai memohon ampun kepada-Nya.

Istiqamah menjadi penting di dalam beragama maupun di semua bidang usaha karena ia merupakan kumpulan dari cabang ibadah dan keimanan serta pembuka bagi jalan yang lurus, Maka Rasulullah SAW pun berwasiat kepada kita semua agar kita senantiasa beristiqamah, "Katakanlah, aku beriman kepada Allah kemudian beristiqamahlah." (HR. Muslim).

Sedemikian pentingnya sikap istiqamah, sehingga tidak ada satu usaha (ikhtiar) yang berujung pada keberhasilan tanpa dilandasi oleh sikap istiqamah. Rasulullah SAW telah memberikan petunjuk mengenai sikap istiqamah melalui sabdanya, "Tidaklah istiqamah iman seseorang sampai hatinya istiqamah. Dan sekali-kali hati seseorang tidak akan istiqamah sampai lisannya dulu istiqamah).”

Adapun keuntungan bagi orang-orang yang istiqamah, maka mereka ini akan senantiasa merasa dekat dengan Allah, tenang hati dan pikirannya, pandai menerima takdir, tidak takut dan khawatir dalam menghadapi segala macam cobaan dan rintangan dalam kehidupan dunianya, selalu optimis dan tidak kenal kata putus asa.

FUNDAMENTALISME TRAGEDI KARBALA

FUNDAMENTALISME TRAGEDI KARBALA
SAYIDINA "KASAN - KUSEN" DAN LAHIRNYA SYIAH


Sesudah dibantai dengan jenis kekejaman yang sukar dicari tandingannya dalam peradaban umat manusia, penggalan Sayidina Husein putra Fatimah putri Muhammad Rasulullah SAW diarak, diseret dengan kuda sampai sejauh 1.300 kilometer. Wallahua’lam, ada yang bilang dibawa sampai ke Mesir, yang  lain bilang ke Syria, tapi yang kita tahu pasti pembantaian sesama muslim itu terjadi di Karbala.

Sayidina Hasan, kakak Husein, juga tak kalah sialnya. Pagi-pagi, ia disuguhi racun oleh istrinya yang lantas mengaku bahwa itu atas suruhan Muawiyah. Hasan memaafkan istrinya, dan besok pagi sesudah kejahatannya dimaafkan, sang istri kembali menyuguhkan racun, Hasan meminumnya dan menemui ajal.


Orang yang mencintai beliau bisakah jika hanya menangis dengan mengucurkan air mata, dan bukan darah..? Jutaan pecintanya memukul-mukul dada mereka agar terasa derita itu hingga ke jantung dan menggelegak ke lubuk jiwa mereka. Ribuan lainnya membawa cambuk besi atau apa saja yang bisa melukai badan mereka, agar kucuran darah itu membuat mereka tidak siapa pun kecuali Imam Husein sendiri. Karena orang yang mencintai akan melarutkan eksistensinya, melebur, hilang dirinya, dirinya sirna, berubah menjadi orang yang dicintainya.

Keperihan maut Hasan-Husein itulah yang menjadi sumber kebesaran jamaah Syi’i (Syiah) di dunia. Duka yang mendalam atas apa yang dialami Cucu Nabi itulah yang membuat kaum Syiah menyerahkan hatinya dengan sangat penuh perasaan kepada komitmen ahlulbait, keluarga Nabi. 

Sementara di pusat Islam sendiri, Arab Saudi kerajaan yang didirikan oleh koalisi keraton Abdul Aziz dengan ulama Wahabi, konsentrasi emosional terhadap ahlulbait sangat dicurigai sebagai gejala syirik yang melahirkan berbagai jenis bid’ah. Yakni perilaku-perilaku budaya keagamaan yang diciptakan tidak atas dasar ajaran Nabi sendiri, sehingga dianggap mengotori kemurnian peribadatan Islam.

Semacam “dendam sejarah” yang berasal dari tragedi Karbala itulah yang melahirkan soliditas sistem imamah dalam budaya keagamaan kaum Syiah. Kepemimpinan dan keumatan dalam Syiah merupakan kohesi horizontal-vertikal yang sangat berbeda vitalitasnya dibandingkan dengan tradisi kaum Sunni. Jika boleh dibilang, Seandainya di Indonesia orang mengatakan “Gus Dur dengan 30 juta umat NU-nya” atau “Amien Rais dengan 25 juta umat Muhammadiyahnya” (yang dimaksud adalah kaum Syi’i), maka tidak ada kekuatan apa pun yang bisa mengalahkan koalisi NU-Muhammadiyah dalam perpolitikan Indonesia.

Kaum Sunni menyebut Abu Bakar, Umar, dan Utsman dulu sebelum Ali. Bahkan tidak secara spesifik menyebut Hasan dan Husein. Orang Syi’i jengkel kepada ketiga khalifah itu karena menurut versi sejarah mereka, tatkala Nabi Muhammad SAW wafat, yang menguburkan hanya Ali, Aisyah, Fatimah, Abbas, dan seorang lagi pekerja penguburan. Sementara Abu Bakar, Umar, dan Utsman sibuk di Tsaqifah, “KPU” yang memproses siapa pemimpin pengganti Nabi  tanpa memedulikan jenazah Nabi. Bahkan, ketika tengah malam usai pemakaman, sejumlah rombongan dipimpin Umar menggedor rumah Ali untuk memaksa menantu Nabi ini menandatangani pengesahan pengangkatan Abu Bakar sebagai khalifah pertama.


Dalam kandungan hati orang Syiah, memang tidak banyak orang menderita seperti Keluarga Rasulullah Muhammad SAW: jenazah beliau belum diurus, orang-orang yang sangat dicintainya sudah ribut memperebutkan jabatan.

Nabi unggul dan sangat populer sepanjang sejarah, tapi rumah yang ia tempati bersama Aisyah istrinya hanya seluas 4,80 x 4,62 meter. Makhluk diciptakan oleh Allah berupa cahaya, namanya Nur Muhammad meskipun secara biologis ia dihadirkan 600 tahun sesudah Isa/Yesus. Namun semasa hidupnya ia menjahit sendiri baju robeknya, mengganjal perut laparnya dengan batu di balik ikat pinggangnya, dan waktu wafat masih punya utang beberapa liter gandum.

Manusia yang paling mencintai Allah dan paling dicintai Allah, namun Allah merelakan keningnya berdarah dilempar batu oleh pembencinya, mengizinkannya mengalami tenung sebelum menerima tiga surah firman-Nya. Tak ada kemewahan dunia apa pun melekat padanya. Bahkan, ia tak sanggup menolong Fatimah putrinya yang beberapa hari bersembunyi telanjang dalam selimut di kamar karena pakaiannya dijual Ali suaminya untuk bisa makan.

Muhammad dan keluarganya sangat disayang, bahkan dicintai dengan gelegak rasa perih, karena derita. Ia pun memilih karakter abdan nabiyya, nabi yang rakyat jelata, dan menolak ditawari Allah menjadi mulkan nabiyya, nabi yang raja diraja.

Allah menawarinya jabatan raja agung dengan kekayaan berupa gunung emas yang ternyata memang sudah disediakan oleh-Nya, di wilayah antara Madinah dan Mekkah, yang hari ini menjadi cadangan kekayaan Arab Saudi, di samping tambang minyak temuan baru di perbatasan Saudi-Yaman yang hari ini bisa menjadi sumber konflik antara kedua negara. Sebab, jika Yaman menguasai sumber minyak itu, karena daerah geografisnya lebih rendah, maka minyak Saudi di perut bumi akan terserap olehnya.

Rasulullah pernah bersabda bahwa kelak kaumnya akan mengalami kekalahan dan hidup dalam kehinaan, karena “hubbud dunya wa karohiyatul maut” kemaruk pada harta dunia dan takut mati. 

Wallahua’lam. Dalam hal maut, mestinya kaum Syi’i lebih memiliki etos dan kesadaran spesifik, karena riwayat Ali, Hasan, dan Husein yang mereka tokohkan. Maut dan derita Husein adalah sumber tenaga sejarah. Kematian Husein bukan balak atau tragedi, melainkan kebanggaan yang melahirkan kesadaran baru mengenai ideologi “jihad” dan “syahid”.

Jihad adalah persembahan total diri seseorang kepada kepentingan Allah melalui perjuangan kebenaran yang diyakini. Jihad membuat dunia menjadi kecil, remeh, dan tidak penting. Jika seseorang sudah terpojok, bedil musuh di depan dan kiri-kanannya, sementara kebuntuan di belakangnya, maka jiwa jihad menjadi menggelegak. Keterpojokan membuatnya bersyukur karena dunia, hedonisme, kemewahan, dan segala hiasannya sudah tidak punya makna lagi. Tinggal satu: Allah.

Jika Ia sendirilah yang merupakan tuan rumah dalam kehidupannya, maka kematian adalah sesuatu yang dirindukan. Maka, ia terus bersemangat untuk berperang. Bukan karena perang itu sakit atau nikmat, melainkan karena Allah memberinya jalan syahid tanpa hambatan dunia. Maka peluru musuh tidak dihindarinya, melainkan disongsongnya.

Karena itu, bisa dipahami tatkala pasukan koalisi kecele bahwa  ternyata kelompok Syiah tidak begitu saja bisa diprovokasi untuk serta-merta mensyukuri kedatangan pasukan koalisi, hanya karena sepanjang hidup di Irak mereka ditekan oleh Saddam Hussein.

Akan tetapi, pada level kualitas perjuangan yang lebih tinggi, juga sangat disayangkan bahwa kaum Syiah tidak mampu secara kolektif meneruskan konsistensi etos jihad dan syahidnya sampai ke tingkat substansi yang lebih berkemuliaan. Ketika mereka melakukan pawai ke Karbala untuk mengekspresikan rasa cinta Husein, yang terjadi baru semacam pelampiasan bahwa kini Saddam penghalang mereka sudah tidak memiliki kekuatan.

Pawai itu tidak membawa mereka kepada nilai kepemimpinan dan perjuangan yang lebih tinggi yang menyangkut: (1) Nasionalisme Irak tanah persemayaman mereka, (2) Martabat bangsa-bangsa Timur Tengah, juga, (3) Harga diri kaum muslimin di hadapan fundamentalisme Bush.

Pawai Karbala hanya menyampaikan kaum Syiah pada keperluan lokal kaum Syiah sendiri. Peta yang tergambar hanya kekuasaan Saddam dan eksistensi kaum Syiah di Irak. Padahal, sesungguhnya mereka kini berada dalam posisi yang relatif sama dengan Saddam dan negara-negara Arab lainnya, dalam konteks adikuasa Amerika Serikat.

Bush barusan menyatakan bahwa minyak Irak bukanlah milik Saddam dan keluarganya. Sesungguhnya Bush utamanya sedang berkata kepada monarki Arab Saudi: minyak di Saudi bukanlah milik Raja Saudi beserta para amir dan keluarga serta keluarga kerajaan. Bersiaplah pada suatu hari wacana itu akan diaplikasikan. Kerajaan Arab kini berada dalam ketakutan yang mendalam: Raja Fahd sudah hampir terkikis kesehatannya, Fahd yang menggenggam de facto kekuasaan sudah berumur 84 tahun, beberapa pangerannya sakit kaki.

Sejak 1980, Arab mengizinkan tanahnya menjadi salah satu pijakan kekuatan militer Amerika Serikat. Kerajaan mendapat jaminan bahwa keluarganya tak akan diutik-utik. Silakan ambil Irak, Suriah, atau mana pun, asal keluarga Saudi tidak diganggu. Kalau perlu, apa boleh buat, Mekkah dan Madinah dikuasai, asalkan kerajaan tetap selamat. Tapi, siapakah yang menjamin keselamatan eksistensi keraton Saudi tanpa ia sendiri membangun kekuatan di dalam dirinya..? Apakah Amerika Serikat menjamin keamanan mereka, meskipun rudal-rudal Patriot milik Kerajaan Saudi di-“infak”-kan kepada pasukan koalisi untuk dipakai menghancurkan Irak, saudaranya sendiri, pada peperangan Maret-April kemarin..?

Kekuasaan Saudi tak usah dibayangkan akan sanggup melindungi Mekkah dan Madinah. Tidak mustahil, dua sampai lima tahun lagi, keluarga Kerajaan Saudi tak akan sanggup mempertahankan eksistensinya dari gejolak dan pemberontakan rakyat Saudi yang sudah benar-benar sangat bosan hidup dalam situasi kenegaraan yang tanpa rasionalitas, tanpa demokrasi, tanpa kebudayaan, tanpa tradisi ilmu, tanpa etos-etos modern, dan sepertiganya kini menjadi penganggur, tidak terbiasa bekerja keras, jualan sayur saja gagal.

Kemarin saya mendatangi tumpukan batu tinggi kokoh bekas benteng pertahanan keluarga Yahudi Kaab bin Asraf di kota Madinah. Rasulullah sebelumnya telah mengumpulkan semua segmen masyarakat Madinah untuk bersama-sama menandatangani Piagam Madinah ketika masyarakat plural. Namun, Kaab melanggar perjanjian itu. Terjadi peperangan, Kaab kalah. Dan di milenium III abad ke-21 ini, Kaab akan hadir kembali mengambil Madinah.

Jadi, masalahnya bagi kaum Syiah bukan sekadar bagaimana mereka mendapatkan kemerdekaan hidup di Irak, karena sesungguhnya sekadar di Irak pun, pasca-Saddam, kemerdekaan kaum Syiah itu juga semu. Peta Timur Tengah dan dunia sudah berubah total. Konflik Sunni-Syiah seharusnya sudah menjadi sekunder. Kalau orang Syiah memukul-mukul dada mereka, merintih-rintih, menangis, dan memekik-mekik, konsentrasi keperihan itu kini tidak lagi an sich derita Sayyid Husein belasan abad yang lalu.

Kasan Kusen demikian masyarakat santri tradisional Jawa menyebut nama kedua cucu Nabi itu abad ke-21 tak kalah menderitanya. Mereka tak hanya dicacah-cacah tubuhnya dan dipenggal kepalanya. Mereka bahkan dirudal, dibom, dimusnahkan, disirnakan, diinjak-injak harga diri kemanusiaan dan martabat kebangsaannya, bahkan dirampok hartanya secara terang-terangan.

MANUSIA AGAMIS - AGAMA MANUSIA

MANUSIA AGAMIS - AGAMA MANUSIA

Religion confession illustration

Religion confession illustration

macrovector_official macrovector_official

Manusia dan agama sudah bersentuhan sedari dulu. Dalam diskursus filsafat; memahami manusia dengan sebutan animal rasional (binatang yang berpikir), animal educandum dan animal educable (makhluk yang harus di didik dan dapat di didik), animal symbolicum, (makhluk yang bersimbol). 

Dalam bentuk lain, manusia juga sering dinyatakan sebagai homo laguen (makhluk yang pandai menciptakan Bahasa), Homo sapiens (makhluk yang mempunyai budi), homo faber (makhluk yang pandai membuat alat-alat) homo ekonomicus (makhluk yang tunduk pada prinsi-prinsip ekonomi), homo relegius (makhluk yang beragama) dan makhluk yang pandai bersiasat (zoon politicon).

Agama dalam ukuran tertentu menempati ruang instrumental dari kedirian manusia. Namun, bagaimana jika manusia yang tidak sempurna (cacat/istimewa) dapat menerima, mengimani, melakukan satu ajaran agama, bahkan sampai pada level memahami hakikat agama-nya.


Bagaimana kiranya manusia difabel beragama ? Dalam beberapa literatur belum/tidak dibahas mengenai garis epistemologi manusia ini dalam hal keberagamaannya. Bagaimana pengenalannya dengan agama, yakin, kemudian melakukan yang ia imani ? Yang dibicarakan mayoritas berbicara tentang bagaimana satu agama menyikapi/memperlakukan manusia difabel. Bukan cara mereka beragama.


Merujuk UU No 04 tahun 1997, penyandang disabilitas yang dibahasakan dengan istilah penyandang cacat diartikan sebagai setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan/atau mental, yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan secara selayaknya, yang terdiri dari: a) penyandang cacat fisik; b) penyandang cacat mental; dan c) penyandang cacat fisik dan mental.


Disabilitas dalam Perspektif Al-Qur’an, Hadits, dan Ulama Mazhab Dalam perspektif Islam, penyandang disabilitas identik dengan istilah dzawil âhât, dzawil ihtiyaj al-khashah atau dzawil a’dzâr: orang-orang yang mempunyai keterbatasan, berkebutuhan khusus, atau mempunyai uzur.


Ditulis Oleh : A. F. Rozi dengan perubahan redaksi

Dipublikasikan : Pojok Serambi

Monday, November 21, 2022

PENYEBAB MASIH JOMBLO / SULIT JODOH

PENYEBAB MASIH JOMBLO / SULIT JODOH




Anda mungkin sering berfikiran dan bertanya-tanya kenapa saya jomblo dan sulit mendapatkan jodoh. Nah, jangan hanya bertanya-tanya, sebaiknya lakukan beberapa langkah refleksi dan introspeksi diri berikut ini :

    1. Terlalu menutup diri

Tanpa disadari, anda mungkin justru menutup sendiri pintu bagi orang-orang yang ingin mendekati Anda. Anda bisa jadi terlalu cuek dan jutek dengan orang lain, atau tidak memberanikan diri untuk memulai pembicaraan dengan orang-orang di sekitar Anda.

Hal ini bisa jadi disebabkan ada trauma di masa lalu yang masih membelenggu sehingga membuat Anda jadi sosok pribadi yang tertutup dan defensif.

    2. Terlalu pilih pilih

Anda merupakan sosok yang terlalu pemilih dan menghakimi seseorang. Memiliki kriteria pilihan merupakan hal wajar, namun terlalu kaku dalam menentukan kriteria justru akan menjadi bumerang bagi anda.

Mulailah untuk merenungi, hal apa saja yang memang menjadi kriteria prioritas anda, dan hal apa saja yang mungkin bisa anda bangun bersama-sama pasangan. Misalnya jika anda dahulu mengidamkan pasangan yang sudah memiliki mobil, mungkin anda perlu menurunkan ego dan membayangkan berjuang bersama pasangan untuk memperoleh mobil dari usaha bersama.

    3. Terjebak dengan trauma masa lalu

Setiap orang tentu memiliki masa lalu, tetapi bukan berarti Anda terjebak terus menerus dalam masa lalu. Masa lalu yang menyakitkan hingga menimbulkan trauma mendalam akhirnya membuat Anda enggan membuka hati untuk siapa pun. Anda jadi takut disakiti dan dikecewakan lagi. 

Memang tidak mudah untuk move on, tetapi bukan berarti Anda tidak bisa. Semua tentu ada prosesnya, yang paling penting yakini diri Anda sendiri bahwa Anda bisa melupakan segalanya. Jangan pula memiliki pemikiran bahwa semua orang itu sama. 

Gagal dalam hubungan percintaan merupakan hal yang wajar terjadi. Namun, seharusnya hal tersebut bisa menjadi pelajaran berharga bagi Anda di kemudian hari agar tidak salah lagi dalam mencari tambatan hati.

    4. Tidak percaya diri dengan diri sendiri

Anda masih jomblo bisa saja karena merasa tidak percaya diri dengan penampilan dan segala sesuatu yang ada dalam diri Anda. Misalnya, Anda merasa tidak cantik atau tampan, terlalu kurus, terlalu gemuk, wajah terlalu tua, dan lainnya. 

Hal tersebut yang dapat membuat Anda kesulitan, bahkan enggan membuka diri untuk orang lain. Akibatnya, Anda secara tidak sadar akan berperilaku yang mendorong orang lain semakin menjauh. 

Maka dari itu, penting untuk mensyukuri dan menghargai diri Anda sendiri. Pasalnya, jika Anda tidak bisa mencintai diri sendiri, maka akan sulit bagi Anda untuk mencintai orang lain serta menemukan orang yang mencintai Anda. 


 


Dalam pandangan syariat Islam, kenapa masih banyak orang yang belum menemukan jodohnya Padahal beragam ikhtiar dan doa sudah dilakukan, ada beberapa penyebab terhalangnya jodoh : 

1. Melakukan dosa syirik
2. Melakukan dosa zina
3. Makan harta yang haram
4. Durhaka pada orang tua
5. Melalaikan salat
6. Memutus tali silaturahmi
7. Berdoa dengan tergesa-gesa

Friday, November 18, 2022

MENGENDALIKAN AMARAH & EMOSI

MENGENDALIKAN AMARAH & EMOSI


Apa yang biasa anda lakukan saat sedang marah ?, Mengurung diri di kamar ?, Melampiaskan pada orang di sekitar kita ? Atau merusak barang-barang yang ada di sekitar kita ?


Marah memang wajar dialami oleh setiap manusia, namun cara mengontrol amarah atau emosi yang berlebihan dapat berbeda antar individu. Agar tidak merugikan diri sendiri dan orang lain disekitar, perlu sekali untuk dapat mengontrol atau mengelola emosi dengan baik.

Berikut cara-cara yang dapat kita lakukan agar dapat mengontrol emosi saat marah meledak ;


1.    Tenangkan Fisik Anda

Duduklah dan berlatih tarik nafas dalam. Tarik nafas menggunakan diafragma, tahan selama 3 detik dan hembuskan, lakukan berulang. Walaupun menarik nafas dalam tidak dapat meredakan emosi namun setidaknya pikiran akan menjadi lebih tenang dan dalam keaadaan seperti ini keputusan selanjutnya akan lebih tepat dan  bijaksana.

2.    Ingat Dampak Buruk Melampiaskan Amarah

Pertimbangkan dampak yang terjadi jika amarah tidak terkontrol. Hubungan dengan keluarga, saudara, relasi dan yang lainnya dapat merenggang bahkan hancur ketika amarah tidak terkontrol. Ketika keadaan lebih tenang, pikirkan langkah yang dapat kita ambil dalam suatu masalah.

3.   Pahami Jangan berlebihan dalam Melakukan Sesuatu

Sesuatu yang berlebihan tidaklah baik, apalagi emosi berlebihan saat sedang marah. Ketika sedang marah, cobalah untuk tetap tenang dan berfikir dengan jernih. Jangan bereaksi berlebihan ketika sedang marah. Marah boleh namun dengan wajar, sesuaikan dengan permasalahan yang terjadi.

4.    Berdoa dan Perbaiki Spiritual Anda

Dalam marah lakukan doa sesuai dengan kepercayaan agar hati menjadi lebih tenang. Berdoa dapat membantu dalam mengontrol emosi. Kepercayaan terhadap Tuhan dapat membuat diri kuat menghadapi suatu masalah, dan berserah vdiri terhadap hasilnya akan membuat hati senantiasa ikhlas.

5.    Cari Waktu yang tepat

Pahamilah bahwa berteriak dan menangis adalah hal yang wajar ketika sedang marah. Namun ada kalanya untuk kita dapat mengetahui pula waktu yang tepat untuk mengeluarkannya. Jangan asal melampiaskan emosi sesaat yang akhirnya akan disesali dikemudian hari.

Mengendalikan emosi berbeda dengan meredam emosi, meredam emosi adalah membatasi diri untuk mengekspresikan perasaan. Meredam emosi malah dapat berakibat buruk bagi kesehatan seperti kegelisahan, gangguan tidur, tegang, tubuh dirasa tidak sehat, bahkan depresi.

MENCARI JODOH MENURUT ISLAM

MENCARI JODOH MENURUT ISLAM



Jodoh, Suami, Istri yang tepat sebagai pendamping hidup merupakan salah satu nikmat besar yang diberikan oleh Allah SWT. Karenanya, sebelum memutuskan menikah, ada baiknya untuk mengetahui terlebih dahulu bagaimana cara menentukan kriteria pendamping hidup yang tepat dan sesuai dengan yariat Islam.


Dijelaskan oleh Abdul Wahid dalam bukunya Meraih Jannah dengan Berkah Ayah, Rasulullah SAW menganjurkan kepada setiap kaum laki-laki yang ingin menikah agar memilih perempuan yang baik akhlaknya, lemah lembut, dan salihah.

Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW; “Perempuan dinikahi karena empat faktor, yaitu karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya. Maka, menangkan (pilihlah) perempuan yang mempunyai agama (yang baik), maka engkau akan beruntung.” (HR. Bukhari, Muslim, Nasa’i, dan Abu Dawud).


Hadits tersebut menjadi salah satu petunjuk cara memilih jodoh yang baik bagi seorang pria Muslim. Di mana ia harus mencari calon istri yang baik menjelaskan empat kriteria perempuan atau calon istri, yaitu dari segi harta, nasab, kecantikan, dan agama.

Namun, seorang Muslimah juga berhak untuk memilih laki-laki yang pantas menjadi pasangan hidupnya kelak.


Kunjungi Youtube Kami : Pojok Serambi


Wednesday, November 16, 2022

TAN KENO KINOYO OPO - TAN KENO KINIRO

TAN KENO KINOYO OPO - TAN KENO KINIRO

Disadur dengan perubahan redaksi dari : Emha Ainun Najib (Cak Nun) "Kabar dari Tuhan"

Tonton Penjelasan Vidio Berikut :


Hakikat ngawulo pada kemakhlukan manusia sebagai sesuatu yang tidak menciptakan dirinya sendiri, melainkan diciptakan, dibikin, diadakan, atau diselenggarakan oleh yang Maha Satu dan Maha Subjek Agung, yang tidak bisa dirumuskan, dilihat, digambar, dirupakan, di-wadag-kan oleh seluruh ilmu dan kemampuan manusia sampai setinggi dan sehebat apapun.


Orang Jawa menyebutnya “tan kinoyo ngopo, tan keno kiniro. Sang Maha Subjek itu sendiri menyebut Diri-Nya melalui informasi Agama “laisa kamitslihi syai-un”. Kedua kalimat dari Bahasa Jawa dan Arab itu makna substansialnya kurang lebih sama. Atau “la tudrikuHul abshar wa Huwa Yudrikul abshar wa Huwal Lathiful Khobir”. Semua makhluk tidak mampu melihat-Nya, Ia mampu melihat semua makhluk, Ia Maha Lembut dan Maha Menginformasikan.


Mata makhluk, termasuk burung yang spektrum matanya lebih tajam dan detail dibanding manusia, hanya mampu melihat yang wadag dan kasar. Kalaupun dalam kosmos wadag itu ada yang lembut, itu sekadar yang terlembut dari semua yang kasar-kasar. Manusia tidak memiliki alat dan keadaan untuk melihat-Nya. Hanya Sang Maha Subjek itu sendiri yang Al-Lathif, Maha Lembut. Sampai-sampai manusia Jawa menyebut kaum Jin, hantu dan setan dengan “lelembut”.


Berabad-abad dengan penuh cinta dan kesungguhan, manusia mencoba meraba eksistensi-Nya. Ada Manusia menemukan lalu memberi nama atau sebutan sendiri atas hasil rabaannya: Sang Hyang Widhi, Sang Hyang Wenang, Sang Hyang Tunggal, Bhatara ini itu dan sangat banyak hasil “ijtihad” (pencarian kreatif) manusia untuk mencoba menyentuh Maha Kekasihnya.


Bahkan sejarah ilmu dan peradaban ummat manusia membuat kategori-kategori untuk inisial “Dewa” pengelola angin, air dan lautan, pembawa berita langit, pepohonan dan kayu, termasuk pengelola gelapnya sang waktu. Bahkan dalam konsep gunung Merapi orang mengenal Mbah Petruk, Kiai Gringsing, Syekh Jumadil Kubro dan lain-lain.


Yang kemudian disebut “Agama” adalah tatkala Sang Maha Lembut itu menaburkan informasi tentang (sebagian sangat sedikit) Diri-Nya Sendiri. Sehingga berjodoh dengan Al-Lathif, Sang Maha Lembut, Ia juga Yang Maha Mengabarkan, Al-Khobir. Para wartawan tidak bisa meliput Tuhan, para ilmuwan tidak punya metodologi untuk melakukan riset atas Sang Maha Subjek.


Satu-satunya kemungkinan untuk mengenal-Nya adalah Ia sendiri yang bermurah hati menginformasikan kepada manusia tentang Diri-Nya. Bahwa ia “Ahad”, Tunggal. Bahwa Ia “Shomad”, tempat bergantung semua makhluk. Bahwa ia “lam yalid wa lam yulad”, mustahil beranak dan diperanakkan – karena hal itu akan membuat peradaban ummat manusia kehilangan logika wujud, terserimpung oleh hakikat wujudnya sendiri sehingga tak akan menemukan formula sistem peradabannya, kebudayaannya, fisika dan metafisikanya, natural dan supranaturalnya.


Manusia memerlukan “kabar dari Tuhan”, sebab sangkan paran-nya sendiri diliputi kegelapan ilmu dan pengetahuan.


Tuesday, November 15, 2022

MEMULIAKAN WANITA DALAM ISLAM

 MEMULIAKAN WANITA DALAM ISLAM (Dengarkan Penjelasan Melalui Vidio Kami)

Memuliakan wanita merupakan salah satu ajaran dalam Islam. Islam tidak pernah mengekang hak perempuan, bahkan dalam beberapa hal perempuan memiliki kewajiban yang sama dengan laki-laki seperti menuntut ilmu. Mereka boleh beraktivitas dan aktif dalam berbagai bidang pekerjaan. Bahkan di masa Nabi ada yang bekerja sebagai perias pengantin, perawat, bidan, dan sebagainya.

Islam memperbolehkan perempuan aktif dalam berbagai kegiatan, bekerja dalam berbagai bidang di dalam maupun di luar rumahnya selama pekerjaan tersebut dilakukan dalam suasana terhormat, sopan, serta mereka dapat memelihara agamanya. Perempuan mempunyai hak bekerja selama pekerjaan itu membutuhkannya, dan norma-norma agama dan susila tetap mereka jaga.

Sebelum hadirnya Agama Islam, kondisi perempuan bisa dibilang memprihatinkan. Mereka layaknya sebuah barang yang boleh diperdagangkan sesuka hati, keberadaan mereka hanya sebagai pemuas nafsu laki-laki. Konon, bangsa Yunani kuno yang terkenal dengan peradaban dan filosofinya masih menganggap perempuan sebagai sarana kesenangan belaka. Romawi bahkan membolehkan seorang ayah atau suami menjual anak perempuan atau istrinya.

Sama halnya dengan masyarakat Arab sebelum datangnya Ajaran Islam. Masyarakat Arab bahkan memberikan hak atas seorang anak laki-laki untuk mewarisi istri ayahnya (selain ibu kandungnya), perempuan hampir tidak memiliki hak apapun terhadap dirinya, tidak mendapat hak waris dan tidak berhak memiliki harta benda. Ahli waris bisa menggauli mantan istri ayahnya, dan mereka bisa menikahkannya dengan siapa saja tanpa harus menyerahkan mahar.

Pada era itu, perempuan harus mencari suami sendiri dengan cara melacurkan dirinya. Ada yang dengan cara memasangkan bendera di atas rumahnya sebagai tanda bahwa dia siap untuk dilacur. Di sisi lain, jika seorang laki-laki menikahi perempuan dan di kemudian hari sang suami ada perasaan kurang suka, dia bebas menahan, memboikot dan membuat suasana supaya istrinya tidak merasa nyaman di sampingnya, tidak pula mencerainya dan tidak pula menggaulinya. Suami akan melepaskan dan menceraikan istri jika sudah membayar tebusan yang ditentukan suami.

Begitulah kondisi perempuan sebelum Islam. Perempuan dianggap hina oleh masyarakat jahiliyah, sehingga harus dimusnahkan sebagaimana tertulis dalam Alquran; "Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup), ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu." (QS. An-Nahl: 58).

Islam hadir untuk mengangkat derajat perempuan bahkan kedudukannya setara dengan laki-laki, tak ada yang lebih mulia antara yang satu dengan yang lain kecuali hanya ketakwaan dan keimananya. Wanita memiliki hak yang sama dengan laki-laki sebagaimana ungkapan Alquran; "Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal, baik laki-laki maupun perempuan" (Q.S. Ali Imran: 93).

Islam memberikan hak perempuan sedemikian rupa, berhak mendapatkan hak waris bahkan dalam akad nikah pun harus berdasarkan persetujuan dan restunya, tak boleh ada pemaksaan kehendak, bahkan bukanlah dianggap perempuan durhaka jika dalam pemilihan jodohnya tidak mengikuti selera orang tuanya. Artinya perempuan punya hak atas dirinya dalam menentukan pasangan hidup dan masa depannya selama tidak bertentangan dengan tuntunan agama. Perempuan juga memiliki hak cerai dengan cara khuluk atau cerai gugat bahkan ada hak atas harta bersama yang didapat selama pernikahan.

Penjelasan Lebih Lanjut Klik Disini


Wednesday, November 9, 2022

Pengertian Hukum Islam, Fungsi Hukum Islam, Tujuan Hukum Islam, Karakteristik Hukum Islam

Pengertian Hukum Islam, Fungsi Hukum Islam, Tujuan Hukum Islam,  Karakteristik Hukum Islam



Kunjungi Kami di YouTube


  1. Pengertian Hukum Islam

Hukum islam menurut ulama fiqih, dipahami sebagai "segala perbuatan yang harus dkerjakan menurut syariat Islam". sementara jumhur Ulama Ushul berpendapat bahwa "hukum islam merupakan tata cara hidup mengenai doktrin syariat dengan perbuatan yang diperintahkan maupun yang dilarang". Hasby A.S dalam bukunya (Pengantar Hukum Islam) menyatakan dalam pendapatnya mengenai hukum Islam ialah segala daya upaya yang dilakuakan oleh seoarang muslim dengan mengikutsertakan sebuah syariat Islam yang ada. 

  1. Fungsi Hukum Islam

Hukum Islam tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya. Tetapi juga mengatur hubungan antara manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan manusia lain dalam masyarakat, manusia dengan benda, hingga manusia dengan lingkungan hidupnya. Adapun fungsi hukum Islam adalah:

  1. Fungsi Ibadah

Fungsi utama hukum Islam adalah untuk beribadah kepada Allah SWT. Hukum Islam adalah ajaran Allah yang harus dipatuhi umat manusia, dan kepatuhannya merupakan ibadah yang sekaligus juga merupakan indikasi keimanan seseorang. Contoh melaksanakan sholat, puasa, zakat, dan melakukan kegiatan didasari ibadah.

  1. Fungsi Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Dari fungsi inilah dapat dicapai tujuan hukum islam, yakni mendatangkan kemaslahatan (manfaat) dan menghindarkan kemadharatan (sia-sia) baik di dunia maupun di akhirat.

  1. Fungsi Zawajir

Adanya sanksi hukum mencerminkan fungsi hukum islam sebagai sarana pemaksa yang melindungi umat dari segala perbuatan yang membahayakan.

  1. Fungsi Tandhim wa Islah al-Ummah

Sebagai sarana untuk mengatur sebaik mungkin dan memperlancar interaksi sosial.

Jika disederhanakan dari beberapa poin di atas, tujuan dan fungsi hukum Islam adalah untuk kemaslahatan hidup manusia baik jasmani maupun rohani. Mengatur pula hubungan antar sesama makhluk hidup.


  1. Tujuan Hukum Islam

Allah S.W.T menurunkan agama Islam dengan tujuan yang tak lain lagi agar terwujudnya kemaslahatan manusia, begitu juga dengan hukum Islam. Menurut Abu Zahroh, Hukum Islam memiliki tujuan sebagai berikut :

  1. Menjadikan manusia yang bijaksana dan penuh kebajikan dalam menjalankan kehidupan serta bermanfaat bagi orang lain.

  2. Menegakkan suatu keadilan dari intenal maupun eksternal. karena agama Islam tidak ppernah membedakan manusia dari segi suku, agama, keturunan. kecuali tingkat taqwa pada-NYA

  3. Mewujudkan kemaslahatan yang baik dan menjauhi hawa nafsu yang dapat menjadikan suatu kerugian untuk dirisendiri dan orang lain.

Abu Ishaq al Shatibi dalam kitabnya “Al-Muwafaqot” merumuskan lima tujuan hukum islam yaitu:

  1. Memelihara Agama (Hifdz Ad-Din)

Hukum islam memelihara atau melindungi agama bukan tanpa sebab. Seperti yang sudah jamak diketahui, agama adalah pedoman hidup dari manusia.

  1. Memelihara Jiwa (Hifdz An-Nafs)

Lalu memelihara jiwa, karena hukum Islam wajib memelihara hak manusia untuk hidup dan mempertahankan kehidupannya.

  1. Memelihara Akal (Hifdz Al’Aql)

Ini juga merupakan sesuatu yang penting menurut hukum islam, karena dengan mempergunakan akalnya, manusia akan dapat berfikir tentang Allah, alam semesta, dan dirinya sendiri.

  1. Memelihara Keturunan (Hifdz An-Nasb)

Di dalam poin ini, hukum Islam mempunyai tujuan agar kemurnian darah dapat dijaga dan kelanjutan umat manusia dapat diteruskan.

  1. Memelihara Harta (Hifdz Al-Maal)

Ini merupakan tujuan hukum Islam yang terakhir yang merupakan pemberian Tuhan kepada manusia, agar manusia dapat mempertahankan hidup dan melangsungkan kehidupannya.


D. Karakteristik Hukum Islam

Hukum Islam adalah hukum yang mempunyai karakteristik berbeda dengan ilmu hukum lainnya, Karakter tersebut berupa ketentuan yang tidak berubah-ubah, dimana hukum Islam bersifat takamul (sempurna), wasatiyah (seimbang, harmonis), harakah (bergerak dan berkembang sesuai dengan perkembangan zaman).

Adapun karakteristik hukum Islam secara lebih terperinci meliputi:

  1. Hukum Islam berdasarkan pada Wahyu ilahi.

  2. Hukum Islam bersifat komprehensif.

  3. Hal yang selalu ditekankan dalam hukum Islam ialah moral dan akhlak yang baik dan berkulitas.

  4. Hukum Islam memiliki orientasi kolektif.

  5. Dalam hukum Islam yang dibicarakan ialah haram dan halalnya dari segi manapun.

  6. hukum Islam memiliki dan memberikan sanksi pada pelanggar hukum Islam, sanksi tersebut berupa sanksi di dunia dan di akhirat.

Top 5 Popular of The Week